top of page

Search Results

6 items found for ""

  • ARE YOU HIRING AN AU PAIR FROM NON-EU?

    Today, hosting an Au Pair from outside EU has interest many Host Families in Scandinavia. Different culture, language, and custom adds a little “uniqueness” and makes their family daily life more interesting. Au Pairs who come from the other side of the globe are often more likely to have had to put proper thought into what they’d like their Au Pair year to look like. They are also less liable to see the relationship as a casual commitment with a few hours of work here and there. Au Pairs coming from outside of the EU are often be much more open to designing a relationship that works for both parties, as long as you pay fairly, and the job list is made clear at the start. Besides, as they have also put so much effort and commitment to come to your country to learn about the language and culture, they are more likely to stay with your family until the agreed contract (1-2 years). However, although hosting an Au Pair from outside EU can take you a little longer time to prepare, we suggest you to start looking from around 3-4 months in prior as both of you need to prepare some documents to apply and to wait for the Au Pair Visa. Never ever look for one last minute!! With Bali Au Pair, we help you finding the right Au Pair for your family. Not ONLY they have passed our qualification, they are well-informed and trained before they come to your family so that they will less likely find a cultural shock and understand about what Scandinavian families expect. Register NOW as Host Family - as always, we don’t charge any fee to Host Families at all! ;)

  • 5 Ways To Spend Quality Time With Your Kids When You Have No Time

    We understand when you need to get the project done by next week, or preparing your material for the conference in 2 weeks, or even when you just generally have too much things to do with your job, balancing your time with working and spending time with kids could be a little challenge sometime. But, here are the 5 best tips from us you want to use to spend a quality time with your kids. Remember, your presence as a parent plays an important role for your kids' development! 1. One-to-one time Spending time with your kid alone is best when you are doing something you both enjoy. It may be the time when the Mum spend time with the older one and Dad is with the little one. This could mean playing frisbee at the park, bike around the lake or simply watch Frozen at the cinema. Most kids would say that once a month is the minimum frequency of this one-to-one time. 2. Let the kids participate in your task We all know that kids like to help and be involved in many things. From baking cakes to even clean up the kitchen! Are you cooking for the dinner tonight? Let them help you with the preparation. Are you gardening today? Let them contribute by picking up the weed. It might be a little messy or even take a longer time at first, but you will see that the kids will become your greatest helpers and they will look back and remember that “before dinner” was always special time with you. 3. Read them a story book before bed Though the reason that you send your kids to school/daycare from 7am to 5pm is your busy work, we surely understand that spending at least an hour or two with your kids everyday would be important for your kids development. Also, a 30-minutes time of reading story book to the kids before bed wouldn't take your much time, instead, it can actually make your kids feel loved and close to you. 4. Let them be around you When you still need to do some work on your laptop after work, or on the weekend, let your kids play with their own toys by sitting near / next to you. Though you both will do your own things, your presence will still make them feel close to you. 5. Host an Au Pair Hosting an Au Pair is the best solution for a very busy family, An Au Pair would support your family with providing childcare for your kids when you are at work. But at the same time, they can also help you with light household chores. This way, you can use your limited spare time to spend with the kids rather than using it to do the light household routines. Want to host a reliable and qualified Au Pair with no matching and registration fee? Register as a family NOW! #FamilyTips #ParentsTips #HostingAnAuPair #QualityTimeWithKids #MommyLife

  • "Kok Aku Merasa Seperti Pembantu Ya?"

    Seringkali pertanyaan itu muncul di dalam hati para Au Pair yang baru saja menginjakkan kaki di negara pilihan mereka untuk menjadi Au Pair. Rasanya, kok saya disuruh membereskan kamar orang lain, melipat baju orang lain, membersihkan dapur, bahkan membersihkan toilet. Disini, saya ingin berbagi pengalaman Au Pair saya di Swedia tahun 2016-2017 dengan Host Family kedua saya, dengan perasaan seperti itu dan bagaimana untuk menyikapi hal tersebut. Author : Meliana Tesa -Host Family kedua saya, keluarga Bernsten- Lho, pindah family? Nah begini, kan saya bekerja dengan HostFam pertama saya sebelumnya selama 7 bulan. Namun dikarenakan Host Dad saya baru meresmikan usaha baru yang dia kelola, beliau akan mulai bekerja di rumah dengan laptopnya, jadi tidak perlu ke kantor lagi. Maka dari itu, beliau jadi memiliki waktu luang untuk menjemput anak-anak dan mengurus mereka. Suatu hari, HostMom bilang ke saya kalau saya mau tidak di "Transfer" ke teman baik mereka, keluarga Bernsten yang terdiri dari 2 anak berumur 2 dan 4 tahun. Mereka ini orang Swedia dan telah tinggal di Dubai selama 10 tahun dan anak-anaknya pun lahir dan besar di Dubai. Mereka baru saja kembali ke Swedia dan mencari Au Pair. Saya bilang "ya" karena saya juga tidak mau pulang ke Indonesia dahulu atau susah-susah mencari HostFam baru. Household Task Host Family pertama HostFam pertama dan kedua saya jelas memiliki jadwal dan susunan tugas Au Pair dengan berbeda. Dengan HostFam pertama, tugas saya adalah menyiapkan breakfast untuk anak-anak, membantu mereka bersiap-siap ke sekolah, mengantar jemput anak-anak dengan mobil, memasak Dinner untuk saya dan sekeluarga dari Senin-Jumat, bermain dengan anak-anak tentunya, menjemur, melipat baju sekeluarga, dan menyetrika 3-4 helai baju HostMom. Untuk tugas bersih-bersih, saya hanya perlu mem-vacuum lantai jika memang terlihat kotor. Rumah HostFam ini terbilang kecil, namun kebun yang mereka punya lumayan besar. Cleaning Lady pun datang setiap hari Kamis untuk deep cleaning seluruh bagian rumah. Saat saya berkerja dengan keluarga ini, menurut saya sangat santai sih dengan total waktu kerja saya yang tidak lebih dari 25 jam per minggu. Household Task Host Family kedua Nah, dengan HostFam kedua, mereka awalnya juga masih agak bingung dengan konsep Au Pair, karena di Dubai mereka tidak punya Au Pair, melainkan Nanny dan Cleaning Lady. Tapi HostFam saya yang pertama dengan sabar menjelaskan mereka dengan konsep Au Pair sebelum saya bergabung dengan keluarga mereka. Tugas saya di HostFam kedua ini adalah, membantu anak-anak bersiap-siap pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, menjemput anak-anak dari sekolah dengan bus, memandikan anak-anak, serta memasak makan malam hanya untuk anak-anak saja, dan juga bermain dengan mereka hingga orang tua mereka kembali ke rumah (sekitar jam 6 sore). Jadi, setiap pagi memang santai untuk saya, karena HostMom saya yang mengantar mereka ke sekolah sekalian beliau berangkat kerja. Untuk household chores, tugas saya adalah menjemur dan melipat baju sekeluarga, termasuk menyetrika beberapa helai baju kerja Host Mom saja, serta bersih-bersih di seluruh bagian rumah. Bersih-bersih di seluruh bagian rumah? Bukannya itu terlalu banyak? Ya, jadi awalnya saat saya dan HostFam saya berdiskusi mengenai susunan jadwal dan tugas saya yang belum termasuk pekerjaan rumah tangga. Jika ditotalkan, jam kerja saya per minggu itu memang tidak sampai 25 jam. Jadi anggap saja saat pagi hari saya hanya butuh 20 menit-an untuk membantu anak-anak untuk bersiap pergi ke sekolah. Lalu setelah itu saya free sampai jam 4 sore, menjemput, memasak, dan bermain dengan anak-anak sampai jam 6 sore. Totalnya kira-kira hanya 2 jam 20 menit bekerja per harinya, ingat, belum termasuk pekerjaan rumah tangga ya. Nah, lalu untuk pekerjaan rumah tangga, mereka memang menanyakan, bagaimana enaknya untuk menyusun waktunya? Karena memang mereka masih mempunyai "Hak" untuk meminta saya membantu mereka selama 2 jam 40 menit lagi per hari nya. FYI, jadi saya kerja dari Senin-Jumat, 5 jam per hari maksimalnya. Untuk aturan Swedia, 25 jam adalah jam kerja maksimal per minggu untuk Au Pair. Mereka memang bilang bahwa saya tidak perlu kerja sampai 5 jam per hari. Kurang dari itu tidak apa-apa. Hanya saja mereka ingin saya untuk membantu dengan cucian baju sekitar 2x per minggu dan merapikan sofa atau mengelap meja makan setelah dinner. Untuk household chores, mereka bertanya apakah saya OK dengan memvacuum lantai 3-4x per minggu? Saya pikir dalam hati, waduh, 3-4 kali per minggu?! Kebetulan memvacuum lantai memang bukan pekerjaan favorit saya. Jadi saya bertanya, "Bagaimana jika saya bersih-bersih rumah 1x per minggu saja, tapi saya akan membersihkan seluruh bagian rumah secara detail, dan saya juga tidak keberatan untuk menvacuum lantai kapanpun saat lantai memang sudah benar-benar kotor?" Lalu merekapun mengiyakan. Saya pikir juga keluarga ini sudah sangat generous dan baik, saya pun jadi tidak keberatan untuk bebersih seluruh bagian rumah, yang saya kira tidak akan seberat kenyataanya saat dikerjakan :p Jadi yang saya lakukan saat bersih-bersih seluruh bagian rumah itu yang mungkin sekitar 3-4 kali lebih besar dari rumah HostFam pertama saya adalah : 1. Memvacuum dan mengepel lantai di seluruh kamar, kamar mandi, ruang keluarga, dapur. 2. Mengelap debu dan bercak air di kamar mandi (wastafel, meja, bathtub, sauna, dll) 3. Membersihkan toilet dan menyikat kloset. Nah, membersihkan toilet dan menyikat kloset ini yang sebenarnya membuat saya pernah berpikir, kok saya seperti pembantu ya, sampai saya harus membersihkan kloset orang lain? Mungkin saya terdengar berlebihan, namun sejujurnya memang saya tidak pernah melakukan hal itu. Dan ternyata melakukan hal itu bersamaan dengan deep-cleaning yang memakan 2-3 jam jika dikerjakan non-stop, juga mempengaruhi mood saya. Ibaratnya, saya sudah capek memvacuum, mengelap, dan mengepel lantai, eh penutupnya membersihkan toilet orang lain. Rasanya bete sekali. Tapi saya sadar, bahwa pertama, itu tugas saya, saya yang bernegosiasi seperti itu, saya yang ingin tugas saya seperti itu. Jadi saya tidak boleh mengeluh. Memang terkadang saya berpikir, "Kok miris banget ya, saya punya gelar S1 dari Universitas ternama, tapi saya bekerja seperti ini, menyikat kloset orang lain." Lalu cara saya untuk menyikapi perasaan tersebut adalah dengan berpikir logis dan menempatkan diri saya ke posisi Host Family saya : 1. Mereka adalah orang tua yang super sibuk. Mereka membutuhkan Au Pair untuk membantu mereka melakukan hal-hal yang membutuhkan waktu luang yang mereka tidak punya termasuk melakukan pekerjaan rumah tangga. 2. Mereka sudah mempunyai anak dan tidak membutuhkan "anak" lain yang manja dan hanya ingin tinggal di rumah mereka gratis, makan gratis, dapat uang saku, dan kerjanya santai-santai saja alias jadi princess. 3. Mereka mengeluarkan uang banyak juga untuk memiliki Au Pair. Akomodasi dan biaya hidup di Eropa khususnya Swedia sangatlah tinggi. Jadi, saya sudah mendapatkan itu semua secara cuma-cuma. Mereka pun memberikan pocket money yang lebih tinggi dari standar, asuransi gratis, kursus bahasa gratis, kartu transportasi gratis untuk saya, terkadang saya pun boleh memakai mobil mereka dengan bensin yang dibayarkan mereka juga. Selain itu, saya diberikan libur saat tanggal merah, dan 2 hari tambahan per bulan yang bisa saya kumpulkan untuk travelling. 4. Jam kerja saya tidak lebih dari 25 jam per minggu. Malahan kurang banyak dari 25 jam per minggu sebenarnya. Jadi, saya tidak perlu banyak mengeluh. Setelah saya berpikir seperti itu, saya pun sadar bahwa saya harusnya sangat bersyukur dengan semua yang mereka berikan, bersyukur dengan cara mereka memperlakukan saya seperti bagian dari keluarga mereka, dan tidak mengeluh hanya karena saya harus bersih-bersih seluruh bagian rumah dan menyikat kloset sekali seminggu. Toh, jika saya mencari HostFam lain belum tentu mereka lebih baik atau pekerjaannya lebih ringan. Oh ya, di Eropa itu semua orang terbiasa melakukan hal-hal tersebut dari semenjak mereka kuliah dan nge-kos sendiri. Tidak ada yang namanya pekerjaan yang status nya rendah. Semua orang sama. Itu yang saya suka dari menjadi Au Pair di Swedia. Tidak ada yang membeda-bedakan status orang lain berdasarkan ras, suku, bangsa, pekerjaan, agama, dll. Sekian dulu.. :)

  • Why should you trust a "stranger" to take care of you kids?

    By : Bali Au Pair Team Today, many working parents are being held back from amazing things and hobbies they could be doing because of lack of reliable childcare or simply lack of free time. Many people think about their parents, siblings or even friends when they need someone to look after their kids. But guess what, you can actually easily and safely hosting an Au Pair. This option is great especially when you do not need to pay any Au Pair Agency fee for a reliable Au Pair. Many Scandinavian Families are already doing it, but then again, why should you trust someone you haven't met before? Because your friends used to be strangers. - Think about your friends. That time, you had to introduce yourself, asked about their interest, spent time together, and from there you built the trust in them. Trust is built over time of course. Remember the first time you lent them your car, letting them staying over at yours? It ended well and great right? All of those time could have ended badly but they didn't. And when you think about your kids, you want to do the best way to keep them safe and happy. And yes, you will need to trust a "Stranger" who could turn out to be the best carer for your child ever! Because you cannot always be there - Though you want to be by your children side for every special moment in their lives, your jobs and the other commitments can not be neglected either. Even for a stay-at-home parent, you might miss some of those special moments as you have to look after yourself or when you need to drive your older one to the dentist. Hosting that "Stranger" in your family can help you to manage your time easily as she or he has already expected to be pretty flexible with your timing. Of course as long as it does not exceed their max. working hours per week. Because your family are not always available - Many parents often ask the Grandma and Grandpa to look after the kids as they trust them more which also helps reduce costs. Some parents who live far from their families often need to give up their career to stay home and take care of the kids.  Though relying on the Grandma, Grandpa, even the Aunties and Uncles can be very helpful, you will eventually feel that you have asked too many times and would not want to bother them again. Hosting a trustworthy Au Pair surely is a wise choice when you feel that a free time to do your hobbies and activities is good for your mental health in the long run. Because the stranger is trained - Imagining to host an Au Pair for your family could sometimes be a little bit worrying or even scary. I am definitely not advising Families to just let anyone looking after your precious ones. And you want to know who you are paying to babysit and look after your kids with a clear background and references. Currently, there is still no childcare, criminal, and medical qualifications required by the government to be an Au Pair in Scandinavia, but knowing that they at least have a basic Au Pair training and police-record-checking, as well as their medical record, would make you feel more comfortable to let them staying with you and to look after your kids. Because the school teachers are also strangers - Many parents do not have chance to meet their children' teachers before they start school. Though there are couple hours meetings between parents and teachers in prior, it is just not enough to truly know who and how they will influence your children' life for the next couple of years. Because you can always set your own privacy limit  - Whether you live in a mansion or a small flat, there will be things that are very private and valuable to you, which you will not want a stranger to see, or steal, in the worst case scenario. The thing about hosting an Au Pair is that you are leaving the person in your home with your children while you go out. If you have small children, or children who might be sleeping when you go out, your property is practically at the mercy of the stranger while you are out. This is part of the reason why you would not want to let a real stranger babysit. Hosting an Au Pair from a reliable agency means that the Au Pair has been screened and had their identity verified. They also have the reputation of their agency to consider before doing anything to or in your home. As comforting as that is, you might also like the fact that you can lock away your personal things and valuables before going out, so that the Au Pair can care for your children without bumping into anything awkward or expensive, intentionally or not!

  • Au Pair Mira : Menyeberang Jalan Sambil Menutup Mata di Swedia?

    Author : Mira Wulandari Bandung, 8 Juni 2018​ Tidak pernah sebelumnya saya menyangka akan tinggal di negara maju dengan menjadi seorang au pair. Ketika masih duduk di bangku kuliah saya berkata kepada teman saya pada setiap kesempatan jikalau saya yakin akan bisa tinggal di negara maju. Mulailah saya membekali diri dengan berbagai informasi beasiswa luar negeri. Setelah dua kali pengajuan beasiswa saya di tolak, saya menjadi semakin minder. Apa karena kemampuan akademik saya kurang? Apa karena kemampuan bahasa Inggris saya pas pasan? Atau malah yang paling saya takutkan, karena saya lulusan kampus kecil? Pupuslah sudah impian saya untuk tinggal di negara maju. Setelah bergabung dengan salah satu grup travelling, saya mengenal apa itu au pair. Semua di mulai ketika saya datang ke toko buku, dimana ada dua buku di bagian wisata yang sangat menyita perhatian saya, Keliling Eropa Dengan Menjadi Babysitter dan Keliling Amerika Sebagai Au Pair. Mulailah riset saya tentang program ini dengan bertanya kepada para ‘alumni’ yang kebanyakan waktu itu menjadi Au Pair di Belanda. Mereka memberikan rekomendasi beberapa agen au pair di Indonesia. Ketika itu saya bekerja sebagai seorang guru TK yang honornya tidak seberapa. Sedangkan biaya agen au pair sangat mahal di kantong saya. Yang termurah kata alumni 6 juta rupiah, itu pun dulu tahun 2008. Ada lagi agen yang mengirimkan au pair ke Jerman, mereka mematok harga seharga satu unit motor, itu sudah termasuk kursus bahasa dan tes bahasa Jerman. Oh tidak! Saya tidak memiliki uang sebanyak itu dan saya sudah tidak ingin belajar bahasa. Lalu saya menemukan agensi yang mengirimkan au pair ke Swedia. Harganya tidak mahal dan persyaratannya yang super mudah, dan yang pasti tidak membutuhkan sertifikat bahasa. Well, pada waktu itu saya ‘gambling’ dengan pilihan Swedia, karena saya tidak mengetahui apapun tentang negara tersebut. Hanya dalam hitungan minggu, tepatnya 3 minggu setelah saya mendaftar saya langsung mendapatkan host family di Swedia, tepatnya di kota kecil Eskilstuna yang berjarak 1 jam dari Stockholm, dan juga host family saya ini adalah keluarga muslim. Yeah, everything sound perfect. Setelah dua bulan mengurus visa, terbanglah saya ke Swedia, perjalanan  long houl pertama saya, 14 jam tepatnya di dalam pesawat. Tidak ada perasaan lain yang terlintas selain excited ketika menginjakan kaki untuk pertama kalinya di Swedia. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga masa tinggal saya di Swedia selama satu tahun telah berakhir. Dan di sini saya ingin membagikan pengalaman saya selama menjadi au pair di Swedia kepada para anak muda Indonesia yang berencana menjadi au pair. Tidak hanya kegembiraan yang saya dapatkan di sana, kesedihan juga pasti ada, maka dari itu saya rangkum pengalaman saya sebagai berikut. Suka sebagai Au pair:Saya tidak pernah tau tentang Swedia sebelumnya. Tapi setelah tinggal di sana saya amat sangat menyukai Swedia. Jika sedang mengambil liburan ke negara eropa lainnya, saya selalu ingin kembali ke Swedia. Swedia adalah negara terbaik untuk membesarkan anak. Swedia adalah negara yang memanusiakan manusianya. Swedia adalah ‘rumah’ untuk berbagai brand ternama dunia, sebut saja Volvo, Oriflame, Skype, H&M, Spotify, IKEA bahkan grup music ABBA yang sangat melegenda dan penghargaan dunia Nobel berasal dari Swedia.Dengan menjadi au pair saya dapat memperluas jaringan pertemanan internasional. Teman dekat saya dari berbagai macam negara, bahkan salah satunya adalah orang Swedia asli yang terkenal susah untuk di dekati.Kemampuan bahasa Inggris saya berkembang dengan sangat pesat.Saya memiliki kemampuan bahasa baru, bahasa Swedia. Walaupun masih level dasar, tapi saya mulai mengerti apa yang orang ucapkan, saya bisa menggunakan bahasa Swedia dalam kalimat sederhana, dan saya mampu membaca bahasa Swedia plus bahasa Norwegia plus bahasa Denmark, karena memang bahasa mereka mirip sekali.Dengan menjadi au pair saya bisa tinggal di negara maju dengan biaya yang amat sangat murah. Tempat tinggal dan makan sudah pasti terjamin, dan pasti ada uang saku untuk bersosialisasi ataupun membeli satu stel baju merek Zara :PMempunyai keluarga baru yang bahkan menyayangi saya lebih dari keluarga saya sendiri (mungkin :D). Bayangkan ketika saya akan berangkat berlibur subuh hari, hostmom saya sibuk menyiapkan sandwich untuk bekal saya, memakaikan jaket dan ransel saya, belum selesai sampai situ, dia berlarian mengejar saya untuk memberikan sebuah pisang dan jeruk. Sooooo sweet.Last but not least, bisa mengunjungi beberapa negara eropa dengan murah. Yang kalau kita lakukan dari Indonesia akan menguras kantong yang dalam. ​Namun juga ada saat saya merasakan "duka" sebagai Au pair:Culture Shock. Tentu saja culture shock ini akan menghilang seiring berjalannya waktu. Kuncinya adalah be open minded.Homesick. Terlebih ketika perayaan hari besar. Seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lainnya.Terkadang kesepian walau memiliki banyak teman. Di samping perbedaan budaya dengan teman intenasional, perbedaan bahasa juga menjadi factor kenapa sulitnya ‘curhat’ kepada teman internasional ini.Au pair berada di grey zone alias zona abu abu. Pekerja bukan, pelajar pun bukan. Terlebih tempat tinggal kita adalah tempat kerja kita. Dimana sulit sekali membedakan kapan sedang bekerja, kapan sedang bersantai.Sebagai orang asia, kita pasti sulit bilang TIDAK, begitupun saya. Ketika hostfam minta ini saya pasti bilang Yes atau Ok. Ketika hostfam minta itu saya pasti bilang Yes atau Ok. Sering sekali ingin bilang No, tapi tidak enak, ya masa sudah tinggal gratis eh host minta tolong gitu aja masa menolak. Tapi setelah nya pasti mengeluh, ini kan bukan pekerjaan au pair, ini kan tidak ada di kontrak, ini kan menjadikan saya bekerja over time, dan sebagainya.Saya tinggal di kota kecil, walaupun tidak terlalu jauh dengan Stockholm, tapi tiket kereta termasuk tiket kereta antar kota yang harga nya jauh lebih mahal jika di banding kereta local kota Stockholm. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan, kesepian dan kebosanan pun melanda.Bagaimanapun juga, menurut saya adalah cara mengatasi kesulitan kesulitan tersebut:Sebelum datang ke Swedia saya sudah mempersiapkan mental saya. Ok, ini kan negara bebas, jangan aneh kalau lihat orang ciuman di mana saja, jangan aneh jika melihat orang memakai bikini bahkan telanjang di taman kota. Itu lah yang selalu saya katakan kepada diri saya sendiri. Dan kita memang harus berpikiran terbuka agar bisa meredam culture shock.Jikalau homesick melanda, telepon lah teman atau keluarga di Indonesia. Jaringan internet di Swedia sangat bagus, tidak usah kuatir. Jika kamu kangen masakan Indonesia dengan citarasa umami nya, datang lah ke Asian Mart, di setiap kota pasti akan ada toko asia. Yang pasti di sana selalu ada Indomie :DJika kamu ingin memiliki teman dari Indonesia dan sesama au pair agar bisa bercerita dengan bebas, hubungi agensi kamu, mereka pasti memiliki data siapa saja au pair Indonesia yang terdekat dengan kota tempat kamu tinggal. Atau datang saja ke wisma Indonesia, tanyakanlah ke sana, apakah ada au pair Indonesia lainnya, dan minta lah kontaknya.Sebenarnya tidak mudah menjadi au pair. Dibutuhkan tanggung jawab yang sangat besar. Kita datang ke negara tersebut bukanlah untuk berlibur. Kita harus sadar kalau kita juga ‘bekerja’ di rumah hostfam, tapi kita juga harus tau apa hak dan kewajiban kita sebagai au pairBelajarlah untuk berkata TIDAK. Apalagi jika host family meminta melakukan hal yang sangat keterlaluan. Tanyakan kepada agensi apa apa saja yang wajar dikerjakan seorang au pair. Dan juga jangan takut untuk mengutarakan pendapat dan isi hati kepada host family. Karena mereka sesungguhnya sangat menghormati pendapat kita. Yang salah adalah jika kita diam saja, maka host family akan beranggapan kalau kita ok ok saja melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan pekerjaan kita.Yang penting ketika sedang interview dengan calon host family adalah menanyakan dimana mereka tinggal, akses kendaraannya bagaimana, lingkungannya bagaimana. Lalu lihat di peta, apakah itu kota kecil terisolir dari dunia luar atau kota besar. Lalu kembalikan pada diri kalian sendiri, apakah kalian sanggup tinggal di kota kecil atau hanya ingin tinggal di kota besar. Karena program ini adalah once in a lifetime experience, be wise saat memilih host family. Sekembalinya saya ke Indonesia, saya merasakan reverse culture shock yang cukup berat. Dimulai dari cuaca yang panas dengan tingkat kelembapan yang tinggi, membuat saya menangis ketika pertama turun dari pesawat di Bandara Soekarno Hatta karena belum apa apa, baju saya sudah basah karena keringat. Perut saya tidak bisa menerima makanan Indonesia yang kaya bumbu. Teman teman saya yang sudah berbeda pendapat, atau saya bilang mereka close minded. Dan yang paling parah adalah ketika saya ingin menyebrang jalan sangat sulit sekali, jarang sekali pengendara yang memberikan saya jalan, lain halnya di Swedia, boleh dikata jika saya menyebrang jalan sambil menutup matapun tidak akan ada yang menabrak. Hal positif yang saya bawa sekembalinya dari Swedia adalah saya menjadi orang yang lebih mandiri. Tepat waktu di mana pun dan kapanpun. Disiplin juga bertanggung jawab, terlebih dengan pekerjaan dimana saya bekerja dengan sungguh sungguh, tidak hanya gaji buta. Juga menjadi orang yang open minded dan menghargai perbedaan. Dapat di simpulkan, saya tidak menyesal pernah menjadi seorang au pair, bahkan jika bisa saya ingin mengulanginya. Ini adalah kesempatan emas untuk anak muda Indonesia menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik, di samping jalan jalan murah. Sekali lagi, this is once in a lifetime experience! Mira, Au Pair in Sweden 2015-2016 ​#AuPairIndonesia #IndonesianAuPair #AuPairSweden #PengalamanAuPair #BaliAuPair

  • Trip bersama Host Family ke Gotland, pulau medieval terpencil di Swedia

    Author : Meliana Tesa GOTLAND TRIP Hari itu Host Mom saya, Sara, bilang "Meliana, we are going to Gotland in 2 weeks for couple of days, and you are welcome to join us if you like, what do you think?". Dan saya sempat berpikir apa itu Gotland. Lalu Host Mom saya menjelaskan bahwa Gotland ada sebuah provinsi di Swedia yang juga terletak di pulau itu sendiri yang juga tempat asal HostDad saya Jacob. Ibukota Gotland, Visby adalah kota yang sangat cantik dan merupakan Kota Medieval, kayak kota yang kita lihat di film Game Of Thrones itu lho.. Terus saya browsing-browsing tentang Gotland dan saya pikir "Hell, yeah! Why not coming with them? Kotanya keliatan cantik dan keren." Jadi ceritanya waktu itu lagi liburan Paskah / Påsk bulan Maret 2016 dan memang udaranya masih belum hangat, malah cenderung dingin walaupun matahari bersinar terus di Stockholm maupun Gotland. HostFam saya memang ada beberapa relatif disana seperti Kakak-kakak si Jacob dan kami akan tinggal di rumah mereka. Nah anyway, setelah 2 minggu menunggu akhirnya saya dan Host Fam naik mobil ke Nynäshamn, kota pelabuhan dekat Stockholm yang berjarak 58km dan memakan waktu 45 menit dari Stockholm dengan mobil. Setelah sampai pelabuhan, kami mengantri masuk Ferry pakai mobil dan mobil pun diparkirkan di tempat parkir di dalam Ferry tersebut. Setelah itu kami ambil barang-barang yang sekiranya kami butuhkan untuk di dalam kabin kapal nanti. ​ Lorong dan kabin privat tempat kami bersantai selama perjalanan ke Gotland ​Perjalanan memakan waktu 3.5 jam dan akhirnya sampailah kita ke Visby! Setelah sampai kita langsung menuju ke rumah si Kakaknya Jacob di Hejnum, yang terletak di tengah pulau Gotland dan agak jauh ke Visby. Pertama saya dikenalkan ke keluarga si Kakaknya Jacob. Mereka sangat excited untuk share story mengenai Gotland dan mereka sangat ramah. Saya jadi sungkan karena istilahnya kan saya orang luar dan tiba-tiba saya nginap di rumah mereka dan numpang makan disana untuk beberapa hari kedepan. But yeah, that's Au Pair life dan anyway mereka baik-baik semua jadi saya jadi merasa nyaman. :) Setelah bermalam, besoknya HostFam saya lagi kongkow / chilling dengan keluarga Kakak si Jacob. Sedangkan saya ingin explore Visby. Karena rumah Kakaknya Jacob di tengah-tengah pulau dan tidak ada transportasi umum untuk pergi ke Visby,  saya minta Jacob untuk mengantarkan saya ke Visby. Saya tiba di Visby jam 10 pagi dan janjian untuk dijemput jam 4 sore. Jadi selama saya explore, inilah foto-foto yang saya ambil. What a really beautiful city!! ​ FAMILY EVENTS Setelah puas mengexplore Visby, kini saatnya saya berkumpul dengan keluarga besar si HostFam dan merayakan Paskah bersama. Pagi hari biasanya diawali dengan breakfast dan FIKA di Dapur Ala IKEA itu. Setelah itu mengobrol dengan mereka dan membaca buku dan bermain dengan anak-anak ke hutan terdekat, atau menemani mereka nonton BAMSE dan PIPPI LÅNGSTRUMP. Memang sih terkadang bagian chilling dengan keluarga besar si HostFam jadi agak boring karena mereka hanya berbicara Swedish dan saya kurang mengerti dan lama-lama jadi bosan. Namun ada baiknya, saya jadi bisa sembari latihan Swedish :D Jadi ini adalah pics sekilas mengenai dimana saya tinggal dengan mereka di Gotland. Tak terasa setelah hari itu nonton BAMSE dan bermain dengan anak-anak berjam-jam, saya pun ngantuk dan saatnya untuk tidur sebelum memulai acara besoknya yaitu ke rumah Tante-nya Host Kids saya yang punya peternakan kecil dan Host Kids saya terutama Selma, dia sangat suka berkuda. EGG HUNTING & HORSE RIDING God Morgon! Jadi hari ini rencana kami adalah mengunjungi rumah Kakak Perempuannya Jacob. Setelah sampai, seperti biasa saya dikenalkan kepada mereka dan ngobrol-ngobrol sebentar dan of course FIKA lagi! Haha! Kali ini kami dihidangkan kopi, dan cookies ala paskah yang mereka buat. Setelah nge-FIKA dan ngobrol-ngobrol, saatnya untuk mencari telur paskah sekarang. HostParents saya sudah menyembunyikan "Telur Paskah" ini di ladang dekat rumah si Kakak Perempuan Jacob dan mulailah saya, HostKids saya bersama sepupu-sepupunya memulai pencarian telur ini.  Setelah anak-anak senang dengan petualangan mencari "Telur Paskah" nya, mereka akhirnya membuka "Telur Paskah" tersebut dan memakan semua isinya dalam hitungan menit!!! :D Saya juga kebagian "Telur Paskah" ini tapi saya tidak memakan isinya semua karena saya kurang suka makanan manis-manis. ​Selma sudah tidak sabar untuk melihat Kuda nya dan akhirnya kami langsung pergi ke Stable dan melihat kudanya. Awalnya saya agak gimana gitu karena saya tidak biasa dekat-dekat binatang, namun anak-anak Swedia sepertinya sangat suka binatang dan tidak ada rasa takut untuk menyentuh mereka. ​ Okay, it sounds like a very short day, tapi trust me, rasanya lama sekali hari itu berakhir. Namun it was really fun to see my Host Kids to riding horses. Dan setelah itu, FIKA lagi dan lalu Dinner time! :) Malam itu Keluarga besar HostFam saya memasak Swedish Meatballs / Köttbullar untuk Dinner dan sebagai penutup, kami memakan dessert yaitu Kue Velvet yang dipanggang oleh istri kakaknya Jacob.  Rasanya saya makan banyak sekali di Gotland dan saya sudah siap lahir batin untuk menggembul sepulangnya ke Stockholm. TIME TO GET COZY & GODNATT! Setelah hari yang melelahkan, kembalilah saya ke rumah Kakaknya Jacob tempat kami tinggal dan menyalakan Fire place untuk bersantai dan menikmati kehangatan sebelum kami pulang ke Stockholm besok pagi :) So, Selamat Paskah / Glad Påsk, och God Natt Readers! #aupairindonesia #pengalamanjadiaupair

bottom of page